Tingginya pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin meningkatnya pembangunan industri nasional tentu saja menjadikan Indonesia sebagai pasar potensial bagi peralatan laboratorium dan alat kesehatan.
Namun, karena belum adanya industri peralatan laboratorium lokal yang mampu bersaing dengan produsen asing dalam memenuhi tingginya permintaan peralatan laboratorium dan alat kesehatan maka pasar alat laboratorium yang besar itu pun dikuasai oleh produk asing.
Seperti dikutip dari neraca.co.id, Freddy Permana Zen, Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Sumber Daya Iptek Kementerian Riset dan Teknologi, menilai Indonesia merupakan pasar alat laboratorium yang besar mengingat pesatnya pertumbuhan industri nasional. Ini bisa dibuktikan banyak perusahaan-perusahaan distribusi alat laboratorium di Indonesia.
Namun, Freddy menyayangkan kebutuhan peralatan laboratorium nasional hampir seluruhnya masih mengandalkan pasokan dari luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, dan Inggris.
Untuk itu, perlu didorong pengembangan produksi peralatan laboratorium didalam negeri melalui penyederhanaan ketentuan perpajakan, serta mengintensifkan riset dan pengembangan inovasi dengan menggandeng lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Lebih jauh lagi Freddy mengungkapkan, industri lokal sulit bersaing dengan industri asing untuk bisa menghasilkan sekaligus memasarkan peralatan laboratorium.
“Karena peralatan laboratorium dari luar itu pajaknya hanya satu,sedangkan di Indonesia kalau kita bikin alat, tiap-tiap tahapan dipajakin sehingga jatuhnya lebih mahal,” ujarnya.
Sebenarnya Indonesia bukan tidak mampu membuat peralatan laboratorium, lanjut Freddy. Sebab, banyak peneliti-peneliti dari sejumlah perguruan tinggi yang sudah bisa menghasilkan peralatan laboratorium, tetapi kurang mendapat dukungan regulasi dan financial untuk pengembangannya.
Dia menambahkan selain soal perlakuan pajak, inovasi perlu didorongdan paradigma masyarakat harus didorong agar lebih bangga dalam menggunakan produk dalam negeri. “Kalau industri dgfev online casino ini menguntungkan, pasti perbankan mau membantu pendanaan. Tetapi sejauh ini belum saya dengar adanya dukunganperbankan,” katanya.
Sementara itu Dr dr Ratna Sitompul, SpM(K), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia mengungkapkan penelitian kedokteran di Indonesia bisa dibilang jauh tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain seperti China, India dan Amerika Serikat. Sebenarnya, Indonesia memiliki banyak peneliti yang canggih dan sudah teruji di luar negeri. Namun ketika kembali ke tanah air, kemampuannya kurang berkembang optimal karena berbagai keterbatasan yang dimiliki.
“Kalau kita melihat peneliti di Indonesia, sebenarnya saat ini perkembangannya cukup bagus dan sangat berpotensi jika diolah dengan baik. Selama ini peneliti kurang berkembang karena mengunakan alat-alat yang kurang sophisticated. Maka, anggapan bahwa penelitian di Indonesia kurang berkembang perlu diubah paradigmanya. Kami harus menyediakan alat-alat yang juga sering digunakan di dunia internasional,” kata Ratna.
Kurangnya perkembangan penelitian ini juga disebabkan para peneliti yang masih terkotak-kotak dengan lingkup keahlian dan lembaganya, sehingga kurang luwes dalam mengembangkan penelitian. Bidang kedokteran sendiri sebenarnya merupakan bidang yang luas dan banyak bersinggungan dengan praktisi dari bidang-bidang lain. Untuk mengatasi kesenjangan ini, FKUI membangun sebuah lab terpadu dengan peralatan yang terhitung modern.
Selama ini, untuk memeriksakan sampel Selena said nothing specific about the relationship with justin-bieber-news.info lyrics. medis, dokter harus berpindah-pindah dari laboratorium satu ke laboratorium lainnya. Dengan online casino adanya laboratorium terpadu ini, maka seluruh dokter dan peneliti di FKUI bisa mengakses berbagai peralatan yang ada di dalamnya. Laboratorium ini juga dibuka untuk masayarakat yang ingin memeriksakan diri dan instansi lain yang berniat menjalin kerjasama penelitian.
“Penelitian kedokteran juga sudah tidak saatnya lagi bekerja sendiri-sendiri dan harus saling sinergis. Contohnya saya punya klinik, maka saya bisa menjalin kerjasama penelitian dengan dokter atau rumah sakit lain yang memiliki laboratorium dan peralatan yang memadai. Kita bisa bekerjasama dengan bidang-bidang lain seperti biologi, teknik dan kesehatan masyarakat,” kata dr Ratna.
Untuk membangun laboratorium ini, total dana yang dikeluarkan adalah Rp 32 miliar termasuk peralatan laboratorium dengan perincian Rp 9 miliar dialokasikan untuk pembangunan fisik dan Rp 23 miliar dialokasikan untuk peralatan laboratorium dan alat kesehatan. Laboratorium ini mencakup berbagai macam laboratorium seperti laboratorium kimia dan preparasi dasar, laboratorium sekuensing DNA dan analisis protein, laboratorium isotop dan pencitraan, serta laboratorium pelayanan.
Keseluruhan dana ini berasal dari dana yang dihimupun FKUI, tanpa ada tambahan dana dari pemerintah. Tak hanya itu, rencananya, FKUI juga akan membangun sebuah gedung pusat penelitian yang disebut Medical Education and Research Center (MERC). Gedung ini dialokasikan menghabiskan dana sebesar US$465 juta atau sekitar Rp 4,26 triliun. Saat ini, gedung ini sedang berada dalam tahap perencanaan.
Tentu saja dengan adanya gedung terpadu ini, para pelaku pasar peralatan laboratorium sangat mendukung dan berharap industri peralatan laboratorium nasional dan alat kesehatan juga semakin baik prospeknya.
Dan jika Anda mencari distributor peralatan laboratorium kimia dan alat kesehatan, PT Semesta Inti Usaha adalah salah satu pilihan tepat karena kami menjual peralatan laboratorium dengan harga terbaik dan pelayanan terbaik.
This article was written by intiusaha